IMG-LOGO
Berita Lokal

Menyimak Makna Selametan Sayur Syuro di Desa Balekerto

Create By SITI MURTAFIAH 28 July 2025 86 Views
IMG

5 Juli 2025, Oleh: Tim KKN-PPM UGM Periode II 2025

 

Desa Balekerto di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, memiliki sebuah tradisi kearifan lokal yang bernama Selametan Sayur Syuro. Tradisi unik ini telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat desa setempat setiap tahunnya. Selametan Sayur Syuro bukan sekadar acara rutin, melainkan sarat dengan berbagai nilai luhur yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai luhur seperti ungkapan rasa syukur serta upaya menjaga harmoni sosial dapat terus digali dan dipelajari dari pelaksanaan tradisi ini.

Meski merupakan tradisi yang sama, pelaksanaan Selametan Sayur Syuro di Desa Balekerto memiliki ciri khas yang berbeda di setiap dusun. Sebagai contoh, Dusun Simpar biasanya menggelar pengajian bersama di masjid sebagai bagian inti dari prosesi selametan. Sementara itu, di Dusun Mangunan 1, warga tidak harus berkumpul di masjid, melainkan melakukan kegiatan berbagi sayur jamu yang telah dimasak secara langsung dari rumah ke rumah. Perbedaan bentuk pelaksanaan ini menunjukkan keragaman praktek dalam satu tradisi serupa, namun tetap bertujuan untuk merawat kebersamaan dan nilai-nilai gotong royong.

Pada tanggal 5 Juli 2025, bertepatan dengan malam 10 Syuro, Tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) berkesempatan menghadiri langsung prosesi Selametan Sayur Syuro di Dusun Simpar, Desa Balekerto. Acara digelar di salah satu masjid dusun dan dihadiri oleh warga masyarakat dari berbagai generasi, mulai dari para pemuda, orang dewasa, hingga para sesepuh atau tetua dusun. Suasana khusyuk terasa saat pengajian bersama berlangsung sebagai bagian inti dari selametan, mencerminkan kekuatan nilai religius dan kebersamaan dalam tradisi ini. Kehadiran tim KKN-PPM UGM dalam acara ini bukan hanya sebagai pengamat, melainkan menjadi kesempatan berharga untuk menyaksikan dan belajar langsung tentang praktek nyata kearifan lokal yang hidup di masyarakat.

Prosesi Selametan Sayur Syuro di Dusun Simpar dimulai secara khidmat usai pelaksanaan Salat Isya. Karpet segera digelar di teras masjid, disusul dengan pengumuman kepada warga untuk berkumpul guna melaksanakan pengajian dan doa bersama. Sebelumnya, masing-masing keluarga telah menyiapkan hidangan utama berupa sayuran khas di rumahnya. Setiap keluarga kemudian membawa kontribusinya ke masjid dalam bentuk sepiring nasi beserta sepiring lauk sayur yang telah dimasak. Di masjid, dua baskom besar telah disediakan untuk menampung seluruh nasi dan lauk sayur dari warga. Lauk sayur dari semua keluarga pun disatukan ke dalam satu baskom besar, melambangkan kebersamaan dan kesatuan masyarakat sebelum acara inti pengajian dimulai.

Sebelum berlangsungnya pengajian, acara dibuka dengan sambutan dari perwakilan tim KKN dan Pak Sofwan selaku Kepala Dusun Simpar. Dalam sambutannya, Pak Sofwan mengajak warga merenungkan makna khusus malam 10 Syuro. Beliau bercerita tentang beberapa peristiwa penting dalam sejarah para nabi yang dipercaya terjadi pada malam ini, seperti Nabi Ibrahim yang selamat dari api pembakaran, Nabi Yunus yang keluar dari perut ikan, dan Nabi Musa yang membebaskan Bani Israil dari Firaun. Pak Sofwan juga menyentuh peristiwa Karbala, yaitu gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Beliau membandingkannya dengan cara masyarakat Iran yang memperingatinya dengan ritual tertentu, sementara di sini, masyarakat memilih menghidupkan malam ini dengan pengajian dan doa bersama.

 

Suasana prosesi Selametan Sayur Syuro di Dusun Simpar, Desa Balekerto

 

Pengajian akhirnya dimulai, dipimpin oleh sesepuh dusun dan ditutup dengan doa bersama. Begitu selesai, warga langsung bergotong royong menata piring-piring. Sayur hangat dari baskom tadi diaduk-aduk sebelum dituang ke piring, sementara bakul nasi berjejer siap untuk disantap. Kerupuk renyah pun disediakan sebagai pelengkap. Suasana makin hangat ketika semua duduk lesehan, menikmati hidangan bersama di teras masjid yang temaram oleh cahaya lampu. Kebersamaan itu benar-benar terasa menghangatkan di malam 10 Syuro. Saat perut-perut sudah terisi penuh, piring-piring bergesekan ditumpuk rapi, dan tikar-tikar pun dilipat kembali. masyarakat bersalaman dan pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.

 

Momen kebersamaan dalam Selametan Sayur Syuro inilah yang sesungguhnya menjadi inti sakral. Menurut pandangan sosiolog Emile Durkheim, yang dikeramatkan bukan semata doa atau pengajiannya, melainkan proses warga berkumpul dan berinteraksi langsung. Terlihat jelas ketika sayur dari tiap keluarga dicampur dalam satu baskom besar, penyatuan ini melambangkan ikatan sosial yang lebih kuat daripada sekadar ritual. Saat warga duduk lesehan, berbagi makanan, dan bersenda gurau di teras masjid, kehangatan komunitas itu sendiri yang dirasakan sebagai sesuatu yang suci. Ritual ini mengingatkan kita bahwa kekuatan tradisi justru ada pada kebersamaannya. Mengikuti prosesi ini dari dekat memberikan pelajaran tak ternilai bagi tim KKN-PPM UGM, sekaligus pengalaman yang sangat amat berarti.

96,8 FM Radio Gemilang